Habis
Gelap Terbitlah Terang. Judul buku pejuang emansipasi RA Kartini itu
agaknya bisa menjadi pilihan kalimat yang tepat untuk menggambarkan Desa
Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Berkat pengembangan
berbagai program keterampilan (vokasi) oleh Ditjen Pendidikan Nonformal
dan Informal (PNFI) Kementerian Pendidikan Nasional, desa yang dulu
tertinggal itu sekarang menjadi gemah ripah loh jinawi.
Perubahan
itu dirasakan benar oleh Sukirno (39), warga Desa Gemawang yang
sebelumnya bekerja serabutan mulai dari buruh tani, pabrik hingga
bangunan. Sejak digulirkannya program vokasi di desa itu setahun
terakhir, ia tak pernah menganggur lagi. Hari-harinya disibukkan dengan
membuat alat edukasi untuk dipasok ke pusat belajar pendidikan anak usia
dini (PAUD) yang tersebar di seputar Jawa Tengah.
"Kebetulan saya senang menggambar dan membuat kerajinan tangan, jadi bergabung di vokasi alat edukasi," kata pria lajang ini.
Soal
penghasilan, Sukirno mengaku jumlahnya memang tidak sebesar jika ia
menjadi buruh pabrik. Namun, pekerjaan yang teratur membuat suasana
hatinya lebih tenang dalam menjalani hidup.
Begitu juga dengan
dengan nasib Wiwin Trikurniawan, pria 29 tahun yang kini "juragan" ikan
lele. Sejak aktif dalam program pelatihan keterampilan budi daya lele,
hasil panennya tidak pernah mengecewakan. Wiwin bersama kelompoknya di
vokasi perikanan berhasil menjual sekitar 6.000 ekor ikan lele setiap
bulannya.
Karena tingginya permintaan ikan lele dari para
pedagang, menurut Wiwin, maka saat ini anggotanya memiliki kolam ikan di
halaman rumahnya masing-masing. "Kolam ini rencananya menjadi kolam
pembibitan saja. Sebab, kalau hanya mengandalkan dua kolam ini,
permintaan pasar tidak bisa dipenuhi," ucap Wiwin.
Pembuatan
alat edukasi PAUD dan pemeliharaan lele ini merupakan dua dari beberapa
keterampilan yang dikembangkan di Desa Gemawang, seperti pembuatan
batik, madu, kopi, roti, makanan kecil untuk oleh-oleh seperti keripik
tempe, lanting dan keripik pisang, budi daya indigo, kelengkeng, pupuk
organik, jamur tiram, tanaman obat hingga peternakan kelinci.
Ade
Kasmiadi, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal
(P2PNFI) Regional II Jateng, sekaligus penggagas pembentukan desa vokasi
itu menuturkan, pengembangan desa vokasi menekankan pada pemberian
sejumlah kecakapan hidup bagi masyarakat untuk pengentasan kemiskinan.
"Masyarakat
dilatih oleh para praktisi yang benar-benar jago di lapangan, hingga
mereka benar-benar berhasil dan mandiri. Kami juga melakukan
pendampingan untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilannya,"
ujarnya.
Ade mengemukakan, ada 13 pelatihan yang diikuti 10-20
peserta tergantung pada inatnya. Dari kegiatan itu, kemudian
dikembangkan lagi dalam beberapa kelompok usaha produktif. Dengan
demikian, masyarakat yang ingin belajar berusaha bisa mengikuti kelompok
usaha yang ada.
Selain mengembangkan kelompok-kelompok usaha
produktif sesuai potensi lokal, di Desa Gemawang juga tersedia
perpustakaan. Perpustakaan itu dijalankan secara berkeliling ke
dusun-dusun sehingga warga bisa membaca aneka buku pengetahuan.
"Keberadaan
perpustakaan desa ini sangat penting karena warga bisa belajar tidak
saja keterampilan lewat buku-buku, tetapi juga pengetahuan lainnya.
Jadi, bukan saja keterampilan yang diasah, tetapi juga otaknya agar
wawasannya lebih terbuka," ucapnya.
Ade mengungkapkan,
gagasannya tentang desa vokasi sebenarnya terinspirasi oleh kebijakan
Pemerintah Thailand lewat program "One Tambon, One Product" atau "Satu
Kampung, Satu Produk", yaitu satu kampung/desa wajib memiliki satu
produk unggulan.
"Awalnya, produk-produk unggulan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Namun,
karena digarap secara serius, maka produk-produk unggulan dari
desa-desa di Thailand itu bisa menembus pasar internasional," kata Ade
seraya berharap suatu hari nanti produk dari desa vokasi juga bisa go
international.
Pembentukan desa vokasi ini terbilang tepat
untuk mengatasi angka pengangguran di Indonesia yang makin membengkak.
Analoginya sangat sederhana, jika masyarakat pedesaan sudah mandiri dan
bahkan bisa mendatangkan devisa dengan produk-produk unggulan lokal,
maka mereka tidak akan menyerbu wilayah perkotaan. (Tri Wahyuni)
Sumber: http://www.bpplsp-reg5.go.id/berita-273-id-program-keterampilan-tekan-angka-pengangguran-.html
0 komentar:
Posting Komentar